Rabu, 21 Oktober 2009
SPT SPPD
SPT SPPD
>>Gaweane mung gendhu2 rasa terus<<
Kalau anda mbukak pc saya anda akan ketemu dengan direktori spt sppd, disitu anda akan ketemu tumpukan arsip arsip surat perintah tugas dan/ atau surat perintah perjalanan dinas dari dalam bentuk file word, excel, lotus dan mungkin ws.
Biasanya untuk jenis surat atau blangko laporan yang sering dipakai, saya menyingkatnya dengan program kecil2an sehingga mudah pengerjaan selanjutnya (kaya nek nang dinkes semaceme program sing dinggo nggarap surat cuti kae). Tetapi setelah ketemu spt dan sppd, file itu numpuk tidak bisa saya singkat menjadi satu bentuk yang mudah dan nanti dapat digunakan berulang2.
Apa sebabnya?
Sebabnya adalah sedemikian banyak macam reka bentuk spt atau sppd, Menurut orang yang diperintah, ada yang untuk satu orang satu pekerjaan, dua orang satu pekerjaan, tiga orang satu pekerjaan, empat orang satu pekerjaan, lima orang satu pekerjaan dan ada yang terpanjang yang ada disitu adalah surat tugas untuk tujuh puluh lima orang satu pekerjaan. Menurut pekerjaan, ada yang satu orang dua pekerjaan, satu orang tiga pekerjaan dan mungkin nanti yang paling panjang adalah satu orang 31 pekerjaan itu surat perintah untuk "pak was" dalam rangka bekerja dalam satu bulan. Kok bisa sampai segitu sih. Oleh karena di kantor saya menganut tujuh hari kerja dalam seminggu dan seharinya dua puluh empat jam setemblei “eh” standby.
Kembali ke bentuk spt atau sppd, sesuai dengan yang saya sebutkan diatas bila dihitung akan ada 31 kali 75 kemungkinan bentuk spt sppd. “dadine pira ya?”, “mbuh”, kira2 2325 macam. Jadi kalau saya mau jadi gombale mukiyo saya bisa membuat dua ribu tiga ratus dua puluh lima kesulitan untuk orang2 yang mau minta uang jalan dari saya. Untungnya saya nggak ngerti masalah hukum dan belum pernah sekolah administrasi, kalau saya sekolah yang dua macam itu, saya bisa membuat tingkat kesulitan lebih buanyak lagi oleh karena tingkat kesulitan tadi masih akan saya lipatkan kali dengan sejumlah produk hukum.
Nek menurut tukang ketik, memang sing paling efisien effektif itu adalah satu surat untuk satu kegiatan terserah untuk berapa orang, “iki sing paling apik oleh karena nyata pekerjaanne, dilihat oleh orang yang menyaksikan alias pak kades, terus pak kadese ora kakehen tandatangan, jadi ada aspek ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah dan keadilan. Emangnya pekerjaan kades menandatangani surat lu doang”. Sebawahnya lagi adalah masing2 orang satu surat untuk satu kegiatan walaupun kegiatan itu dilakukan bersama rekan lain, model seperti ini sudah melecehkan kewibawaan pak kades disamping juga pemborosan kertas, sehingga mempercepat pemanasan global juga pemborosan tinta oleh karena biasanya mintanya cetakan hurufnya harus tebal ("kok ora tuku kacamata bae ya"). “Disini sudah sedikit melanggar ketuhanan oleh karena mempercepat perusakan alam ciptaan tuhan, melanggar kemanusiaan oleh karena meminta tandatangan terlalu banyak, melanggar keadilan oleh karena membuat surat terlalu banyak, pemborosan waktu”. “Sebawahnya lagi model satu orang membawa satu surat dibawa untuk 31 hari kerja, ini model kuno tahun 80-an jamane pak daryo karo pak ripin, jenengane buku wirawiri, dan juga model paling wagu dari ketiganya di jaman sekarang, dan kalau hilang surat itu, harus muter lagi jalan yang sudah dijalani sebulan dan juga mengerjai pak kades lagi minta tandatangan tur mengko mesti surate wis lusuh, durung nek mangsa udan kecesan banyu udan ana apa.”
Nyong kok malah neg krungu keterangane tukang ketik.
Kang darman karo kang eko saking binggunge muni: “Niki sak jane sampeyan niku pan mbayar napa mboten, nek pancen eman dhuwite kula mboten dibayar mboten napa2 mboten susah diangel2 tinimbangane suwe2 sampeyan mangkih dadi gombale mukiyo.” Maklum kang darman karo kang eko kan sing sering tugas luar.
Nyong dadine ngelus dadane nyong dhewek, pancen angel ngomong karo wong ora ngerti, tak tambahi kukur2 gundhul apa malah nyong sing “gebleg” ya ?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar