Rabu, 28 Mei 2014

SPDGT

S P D G T
Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu. Itu kepanjangannya.
Terpadu, menurut Pak Bimo adalah kependekan dari tergantung pada duit.
Dalam operasionalnya, memang ternyata untuk menjalankannya perlu dana, dan dana itu juga tidak sedikit. Itu kalau semuanya harus dijalankan dengan uang.
Dari sejak pengadaan sarana telepon, ruangan operator, akomodasi operator, ambulan yang selalu siaga di masing2 tempat pelayanan, sopir ambulan, paramedis yang mengantar atau menjemput pasien, peralatan evakuasi, peralatan medis gawat darurat, semuanya membutuhkan dana.
Sebenarnya sudah lebih enak di jaman ini, sarana komunikasi sudah sangat menjamur. Tapi masih tanggung, belum semua rumah sakit punya web yang melaporkan muatan/ kapasitas dan isi ruangan pelayanan pasien, yang bisa diakses oleh umum, atau minimal tempat2 pelayanan kesehatan dasar.
Belum juga ada yang mengkoordinasi laporan2 dari rumah sakit2 itu, apalagi yang demikian, laporannya saja juga kagak ada.
Kapan akan dimulai? Ya, tergantung para pemimpin2 yang berkompeten. Tapi ternyata tidak begitu banyak yang merasa berkompeten, walaupun itu sebenarnya adalah bidang yang menjadi tugasnya. “legan golek momongan”, susah2 mengerjakan yang sulit didalam saat tidak usah bekerjapun juga tidak ada yang mempersoalkan.
Disinilah kemauan mengabdi menjadi sesuatu yang harus ditumbuhkan. Bukan “legan golek momongan”, tetapi sebenarnya adalah “sungkan momong anak sing dadi tanggungjaawabe”.
Sebenarnya nggak sulit2 amat, wong dokter, mantri, bidan sapirang-pirang. Nggilir bidan bae sehari satu orang, tiga tahun baru akan ketemu lagi bidan yang pertama. Nggilir mantri, sehari satu orang, satu setengah tahun baru akan ketemu mantri itu lagi. Nggilir dokter, sehari satu, setengah tahun lebih baru akan ketemu dokter yang pertama itu lagi.
Bangunan? Banyak bangunan milik pemerintah yang tidak terpakai.
Telpon? Tukang telpune mosok ora siap masang telpune sajalur, sing disamping itu kewajiban sosial juga bisa untuk promosi.
Apa maning sih ? Akomodasi ? Loken sedekah dinggo dhewek setengah tahun sepisan ora kuwat. Ora sumbut numpake mobil tingtang tingting.
Sebenarnya adalah sekedar bagaimana menumbuhkan niat dari komponen2 yang terkait untuk dapat berperan, dan itu perlu contoh dari para pemimpin. Jangan terlalu mengandalkan proyek saja atau mencari proyek saja.
Sabenere EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival) wis nyontoni. Wis digawekna catetan ibu hamil sing risiko, sayange nggarape ora temenan, arang2 di update tuli angel nyaringe data. Rujukan Online, sayange ora tau dijawab permintaan tolong rujukannya. Apa maning jawaban yang terarah dari ahli yang berkompeten, tukang lokete bae durung mesti gelem njawab. Wis kakehen deleg, ngapa ngopeni uceng. Apakah kita tidak pernah bertanya pada diri sendiri, apa uripku iku mung arep dinggo ngopeni deleg2. Ora bosen mangan deleg. Padahal uceng ari akeh, tuli dipepes, luwih enak rasane timbang deleg, bisa dikremus pisan sabalung2e.
Malah ngayawara. Intine pan sida ngadegna SPDGT ora. Nyong termasuk wong sing ora pati mengandalkan pada kinerja pemerintah wayah iki. Entenana durung mesti limang tahun kelar, mesti direbut dening liyane sing bisa ngomong mucu2 nek programe kuwe luwih sangat penting, ra bakalan kebagian porsi. Bisa mropokasi ben padha gelem gotong royong ra, mropokasi kepedulian, mropokasi ibadah kuwe ora mung mengelola proyek, mropokasi supaya kala-kala mangan uceng, mropokasi kerja kuwe sing cerdas, aja mung tradisional ongkang2 ngenteni rujukan, teka2 wis parah enggal mati.

Nek ora bisa, ari sampeyan ketemu mbah Rusbad, paling2 diunekna: “compong kowen kabeh”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar