S P D G T
Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu. Itu kepanjangannya.
Terpadu, menurut Pak Bimo adalah kependekan dari tergantung
pada duit.
Dalam operasionalnya, memang ternyata untuk menjalankannya
perlu dana, dan dana itu juga tidak sedikit. Itu kalau semuanya harus dijalankan
dengan uang.
Dari sejak pengadaan sarana telepon, ruangan operator,
akomodasi operator, ambulan yang selalu siaga di masing2 tempat pelayanan,
sopir ambulan, paramedis yang mengantar atau menjemput pasien, peralatan
evakuasi, peralatan medis gawat darurat, semuanya membutuhkan dana.
Sebenarnya sudah lebih enak di jaman ini, sarana komunikasi
sudah sangat menjamur. Tapi masih tanggung, belum semua rumah sakit punya web
yang melaporkan muatan/ kapasitas dan isi ruangan pelayanan pasien, yang bisa
diakses oleh umum, atau minimal tempat2 pelayanan kesehatan dasar.
Belum juga ada yang mengkoordinasi laporan2 dari rumah sakit2
itu, apalagi yang demikian, laporannya saja juga kagak ada.
Kapan akan dimulai? Ya, tergantung para pemimpin2 yang
berkompeten. Tapi ternyata tidak begitu banyak yang merasa berkompeten,
walaupun itu sebenarnya adalah bidang yang menjadi tugasnya. “legan golek
momongan”, susah2 mengerjakan yang sulit didalam saat tidak usah bekerjapun
juga tidak ada yang mempersoalkan.
Disinilah kemauan mengabdi menjadi sesuatu yang harus
ditumbuhkan. Bukan “legan golek momongan”, tetapi sebenarnya adalah “sungkan
momong anak sing dadi tanggungjaawabe”.
Sebenarnya nggak sulit2 amat, wong dokter, mantri, bidan
sapirang-pirang. Nggilir bidan bae sehari satu orang, tiga tahun baru akan
ketemu lagi bidan yang pertama. Nggilir mantri, sehari satu orang, satu setengah
tahun baru akan ketemu mantri itu lagi. Nggilir dokter, sehari satu, setengah
tahun lebih baru akan ketemu dokter yang pertama itu lagi.
Bangunan? Banyak bangunan milik pemerintah yang tidak
terpakai.
Telpon? Tukang telpune mosok ora siap masang telpune sajalur,
sing disamping itu kewajiban sosial juga bisa untuk promosi.
Apa maning sih ? Akomodasi ? Loken sedekah dinggo dhewek
setengah tahun sepisan ora kuwat. Ora sumbut numpake mobil tingtang tingting.
Sebenarnya adalah sekedar bagaimana menumbuhkan niat dari
komponen2 yang terkait untuk dapat berperan, dan itu perlu contoh dari para
pemimpin. Jangan terlalu mengandalkan proyek saja atau mencari proyek saja.
Sabenere EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival) wis nyontoni. Wis
digawekna catetan ibu hamil sing risiko, sayange nggarape ora temenan, arang2
di update tuli angel nyaringe data. Rujukan Online, sayange ora tau dijawab
permintaan tolong rujukannya. Apa maning jawaban yang terarah dari ahli yang
berkompeten, tukang lokete bae durung mesti gelem njawab. Wis kakehen deleg,
ngapa ngopeni uceng. Apakah kita tidak pernah bertanya pada diri sendiri, apa
uripku iku mung arep dinggo ngopeni deleg2. Ora bosen mangan deleg. Padahal
uceng ari akeh, tuli dipepes, luwih enak rasane timbang deleg, bisa dikremus
pisan sabalung2e.
Malah ngayawara. Intine pan sida ngadegna SPDGT ora. Nyong
termasuk wong sing ora pati mengandalkan pada kinerja pemerintah wayah iki.
Entenana durung mesti limang tahun kelar, mesti direbut dening liyane sing bisa
ngomong mucu2 nek programe kuwe luwih sangat penting, ra bakalan kebagian porsi.
Bisa mropokasi ben padha gelem gotong royong ra, mropokasi kepedulian,
mropokasi ibadah kuwe ora mung mengelola proyek, mropokasi supaya kala-kala
mangan uceng, mropokasi kerja kuwe sing cerdas, aja mung tradisional ongkang2
ngenteni rujukan, teka2 wis parah enggal mati.
Nek ora bisa, ari sampeyan ketemu mbah Rusbad, paling2
diunekna: “compong kowen kabeh”.