Sabtu, 01 Mei 2010
Nyamuk gaya baru
(Ini bukan tulisan ilmiah, hanya gendu2 rasa saja)
Sebagaimana manusia, terlepas sifat2nya yang tersembunyi dimasa2 lalu, pada akhir2 ini mempunyai sifat lain dari sebelumnya. Atau sebagaimana alam, cuaca tidak menentu, tidak ada musim2an lagi, panas bumi yang meningkat. Sifat nyamuk, mungkin memang baru, atau sebenarnya sudah lama tapi baru diketahui sekarang, atau ada pembuat cerita untuk mendapat sensasi baru. Nyamuk vektor (penular penyakit) demam berdarah, sekarang dikabarkan tidak harus menggigit (menusuk-sedot) pasien sakit demam berdarah terlebih dahulu untuk menularkan kepada orang yang lain. Penggigitan (penyedotan) terhadap pasien yang sakit cukup diwakili oleh “mbah canggah”nya, sehingga sampai turunan kelima dari nyamuk yang berhubungan dengan pasien sakit, masih bisa langsung menularkan penyakit demam berdarah kepada manusia lain. Begitu pula dengan virus demam berdarahnya, sekarang dapat berjangkit pada presiden sampai rakyat kecil (tidak mempedulikan jabatan), bisa pada bayi sampai orang tua (tidak mempedulikan umur), bisa berjangkit pada masyarakat pantai sampai masyarakat gunung (tidak mempedulikan tempat), dan gejalanyapun menjadi tidak khas (semaunya sendiri), dapat berupa panas, panasnya juga bisa tidak khas, atau dingin, sakit perut, sakit kepala, bercak perdarahan, mimisan, perdarahan gusi, muntah darah, berak darah, batuk, sesek, perut kembung, jantung berdebar, badan pegel2, syok, dan lain2.
Yang kemudian malah ditakutkan adalah angka. Angka kesakitan dan angka kematian. Tahun2 lalu Dokter puskesmasnya tukang ketik cukup menggunakan pedoman panas tinggi tanpa diketahui penyebabnya, sakit perut, sakit kepala, dan adanya tanda2 perdarahan untuk memberi judul demam berdarah, sehingga cukup dapat banyak menemukan pasien demam berdarah oleh karena puskesmasnya ada tempat perawatannya. “Sekarang pasiennya jangan banyak2 lagi, jangan melebihi angka kesakitan tahun kemarin.”
Okelah kalau begitu.
Kemudian ternyata memang sudah diterapkan kriteria baru sudah sejak 2 tahun yang lalu, demam yang dengan penurunan trombosit dan kenaikan hematokritlah yang boleh dianggap sebagai demam berdarah. Ternyata berhasillah Dokter puskesmas saya dalam menurunkan angka kesakitan demam berdarah oleh karena biasanya pasien hanya sempat diperiksa darah sebanyak satu kali, dengan alasan takut diambil darahnya lagi atau sudah enak badan dan sudah ingin pulang. Alasan yang lain, memang repot juga memeriksa Hb, trombosit, Hematokrit dengan alat kuno yang ada sekarang, disamping prosesnya pemeriksaannya lama, masih ditambah pengambilan spesimen darahnya harus banyak. Akhirnya tidak pernah ada yang penurunan trombosit apalagi harus bersama2 dengan kenaikan hematokrit, karena memeriksanya hanya sekali.
“Jangan khawatir, alatnya sudah saya usulkan”, begitu kata Kapuskes saya. Tukang ketik salut atas kesigapan Kepala Puskesmas dalam mengusulkan alat yang dibutuhkan dalam membantu diagnosa demam berdarah dan penyakit lainnya. Setelah Kapuskes berlalu petugas lab lewat : Lha tekane kapan, usul wis kosi 5 tahun, durung teka barange, sing teka malah sing ora kanggo. Beli dong, usul2 saja.” Lha saya sebagai tukang ketik yang sering bergaul dengan TU tidak bisa membenarkan omongan petugas lab, oh. Zaman sekarang, walaupun anda tulus untuk mengabdi kepada negara dan bangsa, dengan segala banda bahkan nyawa, dan kemudian anda kuat untuk membelikan hematologi analyzer dan microhematokrit untuk puskesmas yang anda sayangi, tapi perkara dibelakangnya bisa jadi lain, ana aturane.
Kesimpulane:
Pilihan pertama,
Puskesmas diberikan alat analisa darah berikut analisnya, dan masyarakat dipacu dengan bantuan ala kadarnya untuk selanjutnya bisa mandiri dalam gerakan pembersihan sarang nyamuk sekaligus sebagian kecil beaya untuk fogging. Ini kemungkinan akan menghasilkan distribusi penyakit demam berdarah dengue menurut derajatnya, sekaligus dapat untuk pengambilan tindakan yang sesuai untuk selanjutnya.
Pilihan kedua,
Penurunan angka kesakitan dapat disiasati dengan mengubah kriteria penyakit dan tidak memberikan alat untuk mencapai kriteria tersebut.
Fogging, yang mengeluarkan banyak biaya, sudah tidak efektif lagi untuk mencegah penularan demam berdarah, metode yang paling efektif adalah pembersihan sarang nyamuk (PSN).
Dan masih banyak pilihan yang lain.
Ana sing glendhang glendheng : “wah ngirit temenan nek kaya ngono iku, rasah nyemprot, rasah tuku alat, angka kesakitan wis turun dhewe”.
Operasi Katarak
Sebelumnya, bagi puskesmas yang kurang peduli dengan orang buta oleh karena katarak, tidak perlu melanjutkan membaca pengumuman ini.
Pengumuman.
Bagi warga Kabupaten Tegal yang miskin / tidak mampu dan berpenyakit katarak, dapat mengikuti operasi katarak gratis (dibiayai pemerintah) di Puskesmas Suradadi Tegal, yang dilakukan oleh dokter mata dari Balai Kesehatan Indera Masyarakat Semarang. Tanggal 5 Mei 2010 : seleksi oleh petugas Puskesmas khusus mata, 6 Mei 2010 : seleksi ulang oleh dokter mata & operasi, 7 Mei 2010 : kontrol post operasi oleh dokter mata. Membawa : Kartu jamkesmas dan atau Surat Keterangan Tidak Mampu dari Kepala Desa, Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk.
Tambahan berita tgl 5-Mei-2010, tim pengumpul penderita katarak dari puskesmas se kabupaten tegal dan tim seleksi puskesmas suradadi telah mendapat penderita katarak matur sebanyak 53 penderita dari 75 pendaftar. Selanjutnya akan diseleksi akhir sebelum operasi oleh dokter mata dari BKIM semarang besok tanggal 6-Mei-2010. CP :081911506500 (Ikhsan, AMK, SKM)
Langganan:
Postingan (Atom)