Bukannya mengikut polemik “cicak lawan buaya”, sebenarnya orang-tua2 kita telah banyak memberikan contoh2 semacam yang menggambarkan adanya senjang antara obyek yang satu dengan yang lain. Seperti ungkapan “gajah dengan gajah berlaga, pelanduk mati ditengahnya” kalau ini yang mati obyek yang lain yang tidak ikut bertempur. “Asu gedhe menang kerahe”, ini merupakan hukum yang disepakati bahwa yang kuat yang menang. Tapi suatu saat dalang cerita dapat mengubah kemenangan dipihak yang kelihatannya lemah atau yang secara logika tidak mungkin untuk menang seperti dalam cerita “keong balapan lari dengan kancil”. Gap, kontras, senjang merupakan suatu cara untuk menarik perhatian orang yang kemudian dapat menimbulkan simpati yang dapat menguntungkan pihak2 tertentu.
Sebagaimana sebuah “slilit”, barang yang kecil terletak disela2 gigi, tapi dapat menimbulkan reaksi yang luar biasa dari badan besar seseorang yang terkena “slilit”. Model ini sering ditayangkan dalam bentuk seperti menayangkan anak kurang gizi di daerah yang katanya pendapatan perkapita penduduknya tinggi.
Kamis, 31 Desember 2009
Langganan:
Postingan (Atom)