Selasa, 20 April 2010

Kartini















Entah apa sebabnya, ujug2 ada perintah untuk mengenakan kebaya bagi karyawan wanita setelah sekian lama tidak pernah ada instruksi semacam itu, bahkan untuk anak2 sekolahpun. Ketika tukang ketik ditanya apa alasannya, dia tidak dapat menjawab oleh karena suratnyapun tidak datang sampai ke kantor. Di zaman sekarang dimana kamunikasi sudah sangat maju, surat sudah tidak begitu penting gunanya, kecuali surat2 SPJ yang malah lebih rumit dan bertele2. Cukup SMS saja apa yang menjadi kehendak hatinya.
Akhirnya tukang ketik ngarang saja, mungkin untuk mengungkap kembali nasionalisme yang telah pudar kalau tidak boleh dikatakan hancur berkeping2. Tindakan2 seperti korupsi, makelar kasus, manipulasi SPJ, manipulasi kata2 dalam hukum dimana kata2 orang awam diartikan menjadi kata2 hukum dengan segala konsekwensinya seperti istilah pengembalian uang Negara yang dianggap tidak digunakan sebagaimana seharusnya menurut pengartian seseorang tanpa merunut bagaimana kejadian itu terjadi, menurut tukang ketik adalah salah satu bentuk pengkhianatan terhadap nasionalisme dan lebih lagi adalah pengkhianatan terhadap kemanusiaan.
Nasionalisme. Kita mecoba untuk mengingat lagi perjuangan beberapa pahlawan untuk kesejahteraan Negara ini. Apa yang seseorang punya dalam Negara ini dicoba sebagian atau semuanya diberikan untuk Negara. Dan juga untuk menunjukkan jati diri, yang mana jati diri tersebut sudah terkoyak2 oleh budaya2 yang bukan tumbuh dari Negara ini, dan itu dilakukan dengan bangga oleh karena orang2 ini merasa dirinya orang yang modern. Nasionalisme. Kecintaan kita terhadap milik kita, budaya kita, adat2 kita, kearifan2 kita, harus ditumbuhkan kembali. Dengan kebaya? Dengan kebaya? Mengapa tidak !
Ibu kita Kartini, putri sejati, putrid Indonesia, harum namanya, sungguh besar cita2nya, bagi Indonesia.